Ghurur : Terpedaya
- Dapatkan pautan
- X
- E-mel
- Apl Lain
GHURUR ( الغرور ) : TERPEDAYA ATAU TERTIPU
Hakikat Ghurur: iaitu seseorang menyangka baik sesuatu yang kelihatan baik, sedangkan pada hakikatnya bertentangan dengan sangkaannya.
Firman Allah:
﴾ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّـهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّـهِ الْغَرُورُ ﴿٣٣)
“Janganlah kehidupan dunia itu memperdayakan kamu dan janganlah perasaan ghurur itu memperdayakan kamu terhadap Allah Taala.”
Luqman : 33.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤)
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"(103) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(104)
Al Kahfi : 103-104
“عن الحسن البصري قال : إن قوما غرتهم الأماني , و خرجوا من الدنيا و لم يعملوا حسنة , و قالوا : نحسن الظن بالله … و كذبوا لو أحسنوا الظن .. لأحسنوا العمل.”
Dari Hassan Al Basri :
"Sesungguhnya satu kaum mereka ditipu oleh angan-angan mereka, mereka keluar dari dunia walhal mereka tidak melakukan kebaikan, mereka berkata: 'Kami bersangka baik terhadap Allah..mereka berdusta kerana kalaulah mereka benar dalam sangkaan terhadap Allah nescaya mereka melakukan amalan yang baik..".
Barangsiapa yang beriktiqad dirinya beroleh kebajikan kerana dirinya sendiri bererti ia telah terpedaya. Yang lebih terpedaya lagi ialah orang kafir, orang yang melakukan maksiat dan orang fasik kerana menyangka diri mereka berada di dalam kebajikan dan mereka lupa akan kejahatan diri mereka.
Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur menurut bahasa artinya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “
Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini.
Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan :
1. Golongan ulama.
2. Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah).
3. Golongan orang yang mengaku sufi.
4. Golongan orang yang memiliki harta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia.
1. Golongan ulama.
Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena ghurur yang membahayakan, akhirnya tidak secepatnya untuk mengubati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penderita "mati" dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah.
Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.
Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.
Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.
Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.
Hakikat Ghurur: iaitu seseorang menyangka baik sesuatu yang kelihatan baik, sedangkan pada hakikatnya bertentangan dengan sangkaannya.
Firman Allah:
﴾ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّـهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّـهِ الْغَرُورُ ﴿٣٣)
“Janganlah kehidupan dunia itu memperdayakan kamu dan janganlah perasaan ghurur itu memperdayakan kamu terhadap Allah Taala.”
Luqman : 33.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤)
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"(103) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(104)
Al Kahfi : 103-104
“عن الحسن البصري قال : إن قوما غرتهم الأماني , و خرجوا من الدنيا و لم يعملوا حسنة , و قالوا : نحسن الظن بالله … و كذبوا لو أحسنوا الظن .. لأحسنوا العمل.”
Dari Hassan Al Basri :
"Sesungguhnya satu kaum mereka ditipu oleh angan-angan mereka, mereka keluar dari dunia walhal mereka tidak melakukan kebaikan, mereka berkata: 'Kami bersangka baik terhadap Allah..mereka berdusta kerana kalaulah mereka benar dalam sangkaan terhadap Allah nescaya mereka melakukan amalan yang baik..".
Barangsiapa yang beriktiqad dirinya beroleh kebajikan kerana dirinya sendiri bererti ia telah terpedaya. Yang lebih terpedaya lagi ialah orang kafir, orang yang melakukan maksiat dan orang fasik kerana menyangka diri mereka berada di dalam kebajikan dan mereka lupa akan kejahatan diri mereka.
Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur menurut bahasa artinya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “
Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini.
Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan :
1. Golongan ulama.
2. Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah).
3. Golongan orang yang mengaku sufi.
4. Golongan orang yang memiliki harta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia.
1. Golongan ulama.
Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena ghurur yang membahayakan, akhirnya tidak secepatnya untuk mengubati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penderita "mati" dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah.
Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.
Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.
Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.
Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.
Seorang ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.
Seorang ulama yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur.
Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur.
Barangsiapa yang tidak mengetahui akan Ilmu yang mengetahui tentang keaiban dirinya iaitulah Ilmu Tasawuf yang batin atau mengetahui akan keaiban diri tetapi tidak pula bersungguh-sungguh menghapuskan keaiban diri yang di dalam batin, maka ia adalah seorang yang terpedaya.
2. GOLONGAN YANG BERIBADAT
Berbuat ibadat yang zahir seperti solat, puasa, berzakat, bersedeqah, menunaikan haji, membaca quran dan sebagainya sedangkan ia tidak membersihkan hatinya daripada maksiat-maksiat yang batin seperti riya’, ujub, sum’ah, takabbur, hasad dengki, dan lain-lain lagi, maka ia telah terpedaya kerana ibadat yang zahir itu sahnya bergantung kepada pemulihan hati daripada sifat-sifat jahat yang ada di dalamnya.
Di antara orang yang terpedaya di dalam ibadat ialah orang-orang yang mensia-sia ibadat-ibadat yang difardhukan ke atasnya tetapi bersungguh-sungguh membanyakkan perkara-perkara sunat dan mengejar fadhilat2nya sahaja.
Orang yang sibuk mengambil air wudhu` dan berlebih-lebihan di dalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang didalam hati mengkabarkan bahwa wudhu`nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bagian ghurur juga.
Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur`an, tetapi tanpa mahu memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga tidak memahami apa maksud atau penjelasan-penjelasan dari yang ia baca setiap hari.
Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalui menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya` dan penyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram.
Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlaskan diri untuk melaksanakan amal ibadah haji, tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang berharta.
3. AHLI-AHLI SUFI DAN ORANG-ORANG YANG BELAJAR ILMU TASAWUF.(Ash-Shufiyah wal-Mutashawwifah)
Antara sufi yang terpedaya itu lagi ialah orang yang belajar ilmu Hakikat seperti martabat tujuh dan segala yang ada kaitan dengannya tetapi tidak mempelajari Ilmu Syariat iaitu ilmu Ushuluddin dan ilmu Feqah, seperti mana kata Imam Malik r.a:
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu Tasawuf (yang membicarakan mengenai ilmu Hakikat) dan tidak mempelajari ilmu Feqah dan ilmu Ushuluddin, maka sesungguhnya ia menjadi Zindiq."
Sementara orang yang mempelajari ilmu Syariat yang zahir iaitu ilmu Ushuluddin dan ilmu Feqah beserta dengan mempelajari ilmu Tasawuf dan bersungguh-sungguh mengikutinya iaitu bersungguh-sungguh mengamalkannya, ia memperolehi ilmu Hakikat iaitu ilmu Ma’rifatullahi Taala dengan sebenar-benar makrifat. Orang seperti ini tidak terpedaya, seperti mana kata imam Malik r.a:
“Barangsiapa menghimpunkan kedua-dua ilmu Feqah dan ilmu Tasawuf dengan mempelajari kedua-duanya maka sesungguhnya ia telah memperolehi ilmu Hakikat (iaitu ilmu Ma’rifatullahi Taala secara yakin dan muktamad.”
Maulana As-Saiyid Abdullah Al-’Aidarus r.a berkata:
“Hendaklah kamu wahai saudara-saudaraku, mengikuti Al-Kitab iaitu Al-Quran dan mengikuti As-Sunnah atau Hadits nabi s.a.w iaitu Ilmu Syariat yang disyarahkan dalam kitab-kitab Imam Ghazali terutama yang terdapat dalam Kitabut Zikril-Maut, Kitabil-Faqri, Kitabut-Taubati dan Kitabu Riyadhatin-Nafsi, yang mana semuanya itu tersebut di dalam kitab Ihya Ulumiddin.”
“Kitab Ihya Ulumiddin di dalamnya terdapat rahsia ilmu Syariat dan ilmu Thariqat. Kitab Bidayatul Hidayah di dalamnya terdapat ilmu Taqwa iaitu ilmu yang membawa kepada ketaqwaan terhadap Allah Taala. Kitab Al-Arba’in Fi Ushuluddin di dalamnya terdapat keterangan mengenai jalan yang lurus. Kitab Minhajul Abidin di dalamnya terdapat jalan yang menyampaikan kepada Allah dan Kitab Al-Khulashah Fil-Fiqhi di dalamnya terdapat ilmu dan amalan yang menerangi hati.”
Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dengan menari dan nyanyian-nyanyian pemenuh hawa nafsu, menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf. inilah termasuk mereka yang tertipu/ghurur.
Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara`, memakai pakaian yang usang dan bau, mementingkan bersih hati, tetapi segala anggota tubuh kotor dengan maksiat dan dosa. ini adalah penyakit ghurur
Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdadi dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana` fillah dan baqa fi llah , tidak menjadikan al-Qur`an dan sunnah sebagai pegangan, menghina syariat dan memuja-muja hakikat. ini adalah penyakit ghurur
4. MEREKA YANG PUNYAI HARTA DAN MEMBELANJAKANNYA
Mereka yang mempunyai harta dan membelanjakannya dalam kerja-kerja kebajikan dengan disertai Riya’ (menunjuk-nunjuk) atau Ujub’ (berbangga diri) atau Sum’ah atau kerana mahukan kemegahan atau mencari kemashuran dan supaya manusia menyebutnya sebagai pemurah hati yang mahukan pujian.
Diantaranya:
a. menyumbangkan harta untuk kerja kebajikan dari harta diperolehi secara haram seperti merampas atau menganiaya atau menipu harta orang sedangkan ia tamakkan mendapat pahalanya atau tamakkan dosanya diampuni.
b. Jika kerja-kerja kebajikan itu tanpa dituliskan nama mereka sebagai pihak yang mengeluarkan belanja nescaya enggan menyumbangkan harta itu.-ini riya’ atau sum’ah.
c. memberi harta untuk dibelanja menghiasi masjid atau madrasah daripada dibelanja untuk faqir miskin atau selainnya yang memerlukan kepada perbelanjaan untuk hidup di kawasannya.
d. Hiasan-hisan di masjid atau di madrasah itu mengganggu hati orang-orang yang solat.
Justeru... bermuhasabahlah, ..suluhilah dirimu dengan cahaya ilmu. Jangan sampai tertipu dengan diri sendiri.
ABi (Ustaz Mohd Noor Umar)
- Dapatkan pautan
- X
- E-mel
- Apl Lain
Ulasan
Catat Ulasan
terima kasih untuk komen dan ulasan anda... :D